SEKDA BARU DI TENGAH “RUANG GELAP” BIROKRASI

JOKO AGUS SETYONO sudah dilantik menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintahan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kini, Pemprov DKI Jakarta mempunyai Sekda baru.
Kepada Sekda baru, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, berharap bisa membantu pengelolaan anggaran menjadi lebih baik.
Harapan Pras, demikian panggilan akrab Prasetio Edi Marsudi, supaya pengelolaan anggaran lebih baik di tangan Sekda baru agar dalam pembahasan dengan dewan berjalan baik.
Hal ini menjadi penting agar alokasi anggaran pada program- program pembangunan yang bermuara pada kepentingan masyarakat berwujud nyata.
Apa yang diharapkan Pras suatu yang wajar dan seharusnya demikian.
Mesti begitu, kehadiran seorang Sekda, tidak hanya dalam pengelolaan anggaran tetapi juga aset Pemprov DKI Jakarta. Dan, satu hal yang paling penting dan utama yang mesti disadari dan dipahami adalah mengelola sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang ada di ruang birokrasi, ini yang akan mengesekusi semua program untuk kepentingan rakyat.
Untuk itu, sebagai Sekda baru, tentu bukan hal mudah. Ada yang di balik ruang gelap birokrasi, yang sudah hampir pasti Sekda baru, belum memahami dan mengerti semuanya, ada yang masih gelap. Karena Sekda baru adalah orang baru, pendatang baru, bintang tamu yang jadi Sekda di DKI Jakarta. Kalau pun paham, tentu tidak sedikit yang masih gelap di dalam ruang birokrasi itu.
Ruang gelap birokrasi itu macam – macam isinya yang harus dimengerti dan dipahami, apa sesungguhnya di dalam ruang gelap birokrasi itu.
Ada hal yang menurut sementara orang, kehadiran Joko, tentu tidak menyenangkan semua pihak khususnya pejabat.
Pejabat yang ada, merasa seakan dianggap tidak layak menjadi Sekda sehingga harus impor dari luar. Kalau pun ada banyak yang ikut, semua gugur dalam setiap tahap seleksi dan ini sekaligus menunjukkan pejabat DKI Jakarta tidak mampu dan layak jadi Sekda.
Padahal selama ini mereka berkarier di Pemprov DKI Jakarta. Sebagai manusia tidak salah kalau sementara pejabat berpandangan demikian.
Suasana demikian perlu disadari dan dipahami. Tentu ada juga pejabat yang tidak peduli, yang penting masih menjabat dan mempunyai posisi.
Ruang gelap lain adalah, situasi birokrasi belakangan ini sebenarnya tidak bagus – bagus amat kalau tidak mau dikatakan jelek.
Mutasi atau pergantian pejabat belakangan ini dianggap tidak “fair”. Ada yang naik jabatan begitu cepat. Ada yang mendapat promosi yang begitu gampang. Ada jabatan teknis bukan orang teknis. Sementara lainnya begitu-begitu saja. Hanya menunggu nasib baik.
Di samping itu, Joko selaku Sekda baru, pun perlu tahu di dalam ruang gelap itu ada pejabat yang sepertinya tidak jelas tugasnya. Padahal, rekam jejak dan perjalanan karier mereka selama ini jelas.
Hal ini bisa dilihat ada tiga pejabat Asisten Gubernur DKI Jakarta. Bertahun tahun sebagai Asisten Deputi Gubernur. Mungkin ada yang sudah tiga tahun tetapi mereka tidak mempunyai atasan atau Deputi Gubernur.
Mereka sekan tidak punya tuan. Tugas mereka sebagai Asisten Deputi Gubernur, sementara Deputi Gubernur tidak ada. Deputi Gubernur kosong sudah hampir tiga tahun. Tiga nama sudah diajukan saat Anies Baswedan masih gubernur tetapi belum ada keputusan presiden.
Dan, tentu banyak sisi lai dalam ruang gelap birokrasi, seperti banyak pegawai berpengalaman, bahkan ada yang berpendidikan luar negeri, disekolahkan negara, tetap saja staf biasa.
Hal ini tidak berlebihan perlu dipahami dan dimengerti agar dalam mengelola sumber daya manuia bisa lebih baik sehingga harapaan Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi, yang tentunya juga harapan rakyat bisa terwujud dan masyarakat bisa lebih sejahtera.
Dan, rasanya tidak berlebihan, kalau Sekda yang baru bersama Pj Gubernur Heru Budi Hartono, meneruskan apa yang baik dilakukan Gubernur Anies Baswedan dan memperbaiki yang kurang, demi rakyat Jakarta.
Hal ini penting agar pembangunan berkelanjutan dan tidak memberi kesan bongkar pasang, setiap pemimpin baru datang dan berkuasa. Semoga. *
*andreas, wakil pemimpin redaksi realitasindonesia.com